(H.R. al Bukhari, al Bayhaqi dan Ibn al Jarud). Makna hadits ini bahwa Allah ada pada azal (keberadaan tanpa permulaan), tidak ada sesuatu (selain-Nya) bersama-Nya. Pada azal belum ada angin, cahaya, kegelapan, 'Arsy, langit, manusia, jin, malaikat, waktu, tempat dan arah. Maka berarti Allah ada sebelum
Allah juga tidak berubah dari wujud yang semula, yakni tetap ada tanpa tempat dan arah, karena berubah adalah ciri dari sesuatu yang baru (makhluk) Sekarang apabila akal dapat menerima bahwa Allah ada sebelum terciptanya tempat dan arah, maka tentu saja akal dapat menerimaa wujud-Nya Allah tanpa tempat dan arah setelah terciptanya tempat dan arah
OFuw1.